Mukenah Cinta Untuk Ummi

Cerita ini adalah pengalaman pribadi saya, di mana saya hanyalah sosok pria biasa nan jauh dari apa-apa. Saya hanyalah seorang Sales Keripik yang kesehariannya berkeliling dari desa ke desa lainnya, menghampiri setiap toko ke toko, warung ke warung. Meskipun begitu, dengan segala kekurangan & keterbatasan yang ada saya ingin menjalani satu hadits Nabi :
"Manusia terbaik adalah yang bermanfaat bagi sesamanya."


Hingga saya pun aktif di beberapa komunitas sosial yang ada di kota tercinta saya, Bondowoso. Dan cerita Mukenah untuk Umi ini, saya tulis sebagai hikmah untuk diri saya dan semua pembaca agar tumbuh keyakinan bahwa Kekuasaan Allah itu nyata, Pertolongan Allah itu benar-benar istimewa tak di sangka-sangka. Tentunya bagi hamba-Nya yg mau berusaha dan percaya akan pertolongan dan janji Allah SWT itu pasti ada. Sedikit saya ceritakan kisah pribadi saya.

Saat itu di awal Romadhon 2017, tepatnya ketika ada seorang dermawan yang menitipkan amanahnya berupa Mukenah dan Sarung untuk kaum dhuafa. Sayapun dengan gembira menerimanya dan berjanji akan menyampaikan amanah itu sebaik mungkin. Dan sesampainya di rumah, masih dengan membawa kresek yang berukuran agak besar dengan amanah dari dermawan tadi, Umi menyambut saya dengan rasa cemas seorang Ibu : "Kenapa sampai malam, Nak?


"Sayapun menjawabnya dengan sedikit gugup, " Ini masih ngambil titipan amanah mukenah dari temen mi, buat disodakohkan. 


"Umipun menanggapi, "Mukenahnya kok banyak, ? Untuk siapa saja itu ?"
"Ini, Mi.. Amanahnya untuk para janda tua agar bisa buat sholat tarawih.

"Lalu saya segera masuk, membersihkan diri, dan bersantai. Sementara Umi sedang asyik melihat mukenah itu satu persatu. Sembari duduk saya memandang Umi. Dari wajahnya yang sayu dan masih basah oleh air wudhu, terpancarlah rasa harap. Rasa yang bisa dibaca, sebuah rasa ingin. Entah ingin apa. Suara Umi yang lirih di keheningan malam itu, terdengar begitu mengiris hati ini, "Kalau saja ada rejeki, saya ingin beli mukenah yang bagus seperti ini, sudah lama saya ingin mukenah seperti ini."

"Deggggg!! Rasanya jantung ini berhenti berdetak. Ada rasa panas menyeruak ke wajah saya. Rasa yang membuat kedua mata saya berkaca-kaca. Pikiran saya menerawang sejenak, merenungi betapa saya sebagai seorang anak laki-laki yg sekaligus menjadi tulang punggung keluarga ini, belum pernah sekalipun saya membelikan mukenahuntuk Umi. Ah, anak macam apa saya ini. Apa yang sudah saya berikan untuk membahagiakan Beliau selama ini? Sampai selembar mukenahpun saya tak sempat membelikannya? Ya Rob, pilu rasa hati ini ketika menyadari hanya bisa diam membisu, beku tanpa kata, saat melihat Ibu menginginkan sesuatu. 

Dan sayapun tanpa sadar mengucapkan : "Iya, Mi. InsyaAllah, nanti saya belikan yang lebih bagus dari itu.
"Umi kemudian tampak sumringah sambil berkata, "Aamiin, semoga kamu dimudahkan Rizkinya, Nak."

Dan kamipun masuk ke kamar masing-masing. Setelah masuk kamar sambil merebahkan badan, melepas penat setelah seharian menjajakan dagangan, saya kembali merenung. Menatap langit-langit kamar dengan pikiran mengawang. Kedua mata ini tak jua cepat lelap, pikiran terus terbayang terngiang akan keinginan Umi untuk punya mukenah. Sambil terus memutar pikiran, sayapun terlelap tanpa sadar Handphone jatuh kelantai. Keesokan harinya, saya mengantarkan amanah ke Mbah Marsinah, Mbah Sidah dan Mbah Niatun. Selepas pulang dari mengantar amanah, hati saya tetap tak tenang memikirkan hal semalam masih tentang mukenah Umi. Tak selesai lamunan ini berputar, handphone saya berdering ada panggilan masuk dari Boss keripik.

"Hallo iya, Boss?" Jawab saya.
"Dek, mulai besok kripiknya sudah tidak produksi lagi. Jualan mulai sepi. Jadi kemungkinannya usai lebaran baru proses produksi lagi.

"Alamak, tak ada keripik hingga lebaran? Ini mah saya dari mana dapat buat belanja kebutuhan sehari-hari? Tabunganpun tak ada. Pusing alias bingung saya memikirkannya. Mana jualan sepi, belum sempat ngumpulin buat belikan Umi mukenah. Eh, malah si Bos telfon bilang sudah libur kerja. Saya tambah kebingungan, namun tak lepas dari itu saya tetap berkeyakinan, saya punya Allah. Untuk apa saya pusing, yang penting saya berusaha saja. Rejeki sudah Allah yang mengaturnya. 

Setelah sekian hari saya hanya bisa diam di rumah saja, tanpa ke mana-mana, karena memang kantong pas lagi kosong, bensin pun tak punya apalagi tabungan? Eh, tabungan dari mana? Ya Allah kerja saja seminggu 3x, itupun kadang cukup kadang kurang buat belanja Umi sehari-hari. Tapi Alhamdulillah, saya sangat bersyukur masih Allah berikan nikmat sehat, nikmat sempat untuk tetap bisa berusaha dan berdo'a. Akhirnya beberapa hari kemudian, ada telpon dari seorang teman, namanya Mas Gafur, pemilik toko Gozay comp yang baru saja buka toko baju.
"Mas Ervan lama nggak ke toko, kemana aja, Mas? " Tanyanya di seberang telpon.

"Saya lagi bokek, Mas. Nggak kerja, nyales udah libur gakda uang buat beli bensin." Jawab saya sekenanya.

"Mas Ervan mau nyales baju-baju? Kalau mau, bawa di rumah nih. Kalau laku, bayar.
"Subhanallah, tak pernah saya bayangkan pertolongan Allah lewat menggerakkan hati Mas Gafur. Saya pun langsung mengiyakan.

"Siap, Mas! Nanti saya ke rumah sampean. "Tapi saya masih berpikir lagi, "Dari mana saya dapat uang buat beli bensin? "Saat saya bingung, saya coba chat seorang teman lagi. Namanya mas Yudhi eko susanto, teman seperjuangan. Saya ceritakan dari awal mengapa saya nggak kerja, juga keinginan Umi tentang mukenah itu, sampai tawaran Mas Gafur tadi.Mas Yudi langsung membalas chat saya,
"Sudah, Fan. Langsung terima saja. Nanti saya kasih buat beli bensin.


"Alhamdulillah, sedikit lega rasanya. Keesokan harinya, Mas Yudi datang ke rumah mengantarkan uang buat beli bensin biar bisa ke rumah Mas Gafur. Saya juga cerita lagi tentang keinginan saya, ingin belikan Umi mukenah.

Mas Yudi berkata sambil mengeluarkan uang Rp.100.000. "Belikan dah, Fan. "Akhirnya, saya pinjam uang itu ke Mas Yudi buat beli mukenah Umi. Tapi sayangnya, uang itu habis terpakai untuk bayar tagihan listrik yang sudah nunggak 3 bulan. Sayapun kembali bingung, darimana lagi harus dapat uang mukenah Umi? 

3 hari kemudian, saya ditelpon Mas Gafur kembali, saya diminta untuk segera datang ke tokonya Gozaycomp, beliau minta diantar beli kambing. Jadilah langsung saya antar. Kebetulan juga kambingnya beli di saudara sepupu saya, ke Desa Jambianom Kecamatan Jambisari Darus Shollah. Ketika saya mau berangkat mengantar Mas Gafur & kambingnya pulang, eh sepupu memberi saya komisi Rp 30.000,-. Alhamdulillah. 

Dan ketika saya sampai di rumah Mas Gofur yang sekaligus toko bajunya, saya lihat ada mukenah Baliyang diidamkan Umi. Lalu saya bercerita kalau nantisaya punya uang, saya mau beli mukenah itu. Saya juga menanyakan berapa harganya?Mas gafur bilang, "Itu harganya Rp.95.000. Ke sampean harga grosir, Mas. Bawak dah dulu. Kalau sama sampean ndak papa."

"Nggak, Mas. Jangan. Saya cuma ada uang 30 ribu ini. " Jawab saya sedikit gugup.

"Mana dah yang 30.000 itu. Nih ambil dah mukenahnya, bawa pulang buat Umi sampean. Kurangnya gak usah wes, anggap saja itu tanda terimakasih saya karena sampean sudah nganterin saya beli kambing. Dan ini bawa kaos-kaosnya juga ya, Mas Ervan. Jualin, nanti bayarnya kalau sudah laku." Terang Mas Gafur panjang lebar.
Membuat saya tak berkutik. Antara senang dan bingung masih belum percaya. 

Alhamdulillah, sayapun bersyukur. Karunia Allah sungguh luar biasa. Hari itu saya dapat mukenah, dapat buka puasa gratis, pulang juga dengan sekantong kresek besar berisi dagangan baju kaos. Ya Rabbi, nikmat-Mu manakah yang harus kudustakan? Sesampainya di rumah, seperti biasa Umi selalu menunggu di ruang tamu. Menanti dengan khawatir pada anaknya yang hampir setiap hari pulang malam. Dan kali ini saya pulang dengan hati senang.

"Malam lagi pulangnya. Dari mana, Nak? " Tanya Umi.
"Dari ngantar Mas Gafur beli kambing dan juga ngantarkan langsung kerumahnya, Mi. Juga sambil ambil baju kaos buat dijual. Oh ya, Mi. Ini mukenahnya buat Umi. Semoga cocok seperti yang Umi inginkan.
" Jelas saya dengan perasaan harap-harap cemas. Semoga Umi suka.

"ini berapa harganya?Kamu dapat uang dari mana? "Tanya Beliau.

Sambil tersenyum, saya katakan dengan sedikit memberikan kalimat yang menghibur Umi, "Harganya yang pasti sesuai dengan yang Allah Rizkikan untuk keinginan Umi. Semoga umi seneng memakainya. "Dengan wajah yang berseri-seri sambil menahan bulir bening di pelupuk matanya, Umi melipat mukenahnya dan berucap, "Semoga Allah memudahkan setiap urusanmu dan meluaskan Rizkimu, Nak."

"Saya menjawab doa Umi dengan hati yang bahagia sampai tak mampu saya utarakan. Ya Allah, terimakasih. Sungguh, melihat kebahagiaan terpancar di wajah Umi itu sesuatu hal yang sangat berarti, lebih berarti dari materi sebanyak apapun. Semenjak itu, Umi selalu memakai mukenah itu untuk sholat. Dan semenjak itu pula, saya selalu bersemangat menjemput rezeki-Nya. Meski hanya sebuah mukenah, namun sangat memotivasi saya. Insya Allah, saya yakin jika Allah akan mempermudah setiap langkah siapa saja yang mengharap Ridho-Nya dengan cara membahagiakan orang tuanya. Walau hanya dengan hal terkecil sekalipun.

Cerita ini Saya tulis tak lain adalah untuk menjadikan diri saya pribadi untuk lebih bersemangat menggapai cita-cita, untuk kebahagiaan keluarga, dan berharap bisa menginspirasi setiap pembaca tentunya untuk memantapkan keyakinan, bahwa janji Allah itu pasti. Allah tak pernah ingkar janji seperti yang Allah firmankan:

1.“Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu, dan bertasbihlah seraya memuji Rabb-mu, pada waktu petang dan pagi.” – (QS.40:55)

2."Menjanjikan tawakal dengan kecukupan“ Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan Mencukupkan (keperluan)nya.” (QS.at-Thalaq:3)

3."Menjanjikan takwa dengan jalan keluar. "Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Membukakan jalan keluar baginya.”(QS.at-Thalaq:2)

4."Menjanjikan doa dengan ijabah. "Dan Tuhan-mu Berfirman, ”Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku Perkenankan bagimu.”(QS.Ghofir:60)

Coretan penaku pagi ini, tatkala mentari bersinar menghangatkan hari.

Bondowoso, 7 Agustus 2017, Dariku seorang Anak yang masih belajar untuk selalu mencintai Ibunya.

-Fudaeli Ervan-


You May Also Like

0 komentar